Jumat, 07 November 2014

Plus Minus Bpjs Kesehatan


Plus Minus Bpjs Kesehatan
 Berikut ini ulasan tentang plus minus BPJS Kesehatan:

Plus  :
1. Iuran Relatif Murah : Iuran bulanan yang dibebankan kepada peserta BPJS Kesehatan mandiri relatif ringan. Kelas III Rp. 25.500, Kelas II Rp. 42.500, dan Kelas I Rp. 59.500.

2. Pembayaran Iuran Sangat Mudah :  Jika ingin membayar iuran Anda cukup melakukan pembayaran melalui ATM atau datang langsung ke bank yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

3. Jaminan Seluruh Penyakit :  BPJS Kesehatan menjamin segala macam penyakit termasuk penyakit kronis yang diderita oleh pesertanya tanpa kecuali. Selain itu juga tidak ada batas usia untuk menjadi peserta. Ini menjadi pilihan karena asuransi pihak swasta ada kalanya tidak menjamin seluruh penyakit yang di derita dan adanya batas maksium usia peserta.

4. Bekerjasama dengan Banyak Rumah Sakit : Tidak hanya dengan Rumah Sakit pemerintah, program BPJS kesehatan juga bekerjasama dengan banyak Rumah Sakit swasta. Dalam pelayanan Rumah Sakit pun tidak dibedakan antara pasien BPJS Kesehatan dengan pasien umum.

Minus :

1. Harus Menggunakan Rujukan : Anda yang ingin berobat ke Rumah Sakit harus terlebih dahulu mengurus surat rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat I yaitu Puskesmas. Ini dinilai cukup merepotkan bagi pasien karena harus bolak-balik mengurus persyaratan.

2. Antrean Panjang : Ada beberapa Rumah Sakit yang hanya melayani pasien peserta BPJS Kesehatan di hari tertentu sehingga mengakibatkan penumpukan pasien di Rumah Sakit.

3.Pendaftaran Peserta Sulit : Jika ingin menjadi peserta BPJS Kesehatan Anda harus datang ke kantor perwakilan BPJS Kesehatan di kota Anda untuk mengisi formulir. Ini cukup merepotkan karena biasanya antrean sangat panjang. Meskipun ada fasilitas pendaftaran melalui website ataupun bank yang bekerjasama, namun sering kali jaringannya bermasalah.

4. Fasilitas Dikurangi : Ada beberapa keluhan dilontarkan oleh peserta BPJS Kesehatan yang sebelumnya peserta Jamsostek dimana ada beberapa fasilitas yang sebelumnya ditanggung kini menjadi tidak ditanggung.

Berbagai keunggulan dan kekurangan terdapat dalam program ini. Bagaimana, apakah Anda berminat menjadi peserta BPSJ Kesehatan?

Minggu, 14 September 2014

Pilih BPJS atau Asuransi Kesehatan?

Pilih BPJS atau Asuransi Kesehatan?

Tanpa asuransi atau jaminan sosial, penyakit berat dengan mudah menjadikan kita jatuh miskin dalam waktu singkat. Betapa tidak, penderita penyakit jantung harus menyiapkan uang antara Rp 75 juta hingga Rp. 300 juta demi mengobati penyakitnya. Penyakit stroke membutuhkan dana pengobatan sebesar Rp.250 juta rupiah. Penyakit kanker membutuhkan dana antara Rp. 50 juta sampai Rp. 150 juta.Sama dengan biaya pendidikan anak, biaya pengobatan juga digerogoti inflasi. "Besarnya inflasi biaya kesehatan itu antara 10 sampai 15 persen. Harga rawat inap di Jakarta Selatan berkisar Rp. 1,1 juta sampai Rp. 2,5 juta untuk ruangan VIP.

Kepeningan gara-gara biaya pengobatan yang terus meningkat itu seharusnya dapat diatasi dengan asuransi kesehatan. Sayangnya, masyarakat Indonesia termasuk kurang siap menghadapi risiko jatuh sakit. "Sekitar 81 persen orang Indonesia tak siap dengan kesehatan dan kematian. Kira-kira 85 persen pasien jadi bangkrut gara-gara penyakit kanker.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menjadi penyelamat ketika rakyat Indonesia terkena penyakit berat. Jaminan sosial ini memberikan manfaat dasar dan menyeluruh. Dengan jaminan sosial ini, seorang pasien penyakit berat bisa mengobati penyakitnya sampai sembuh di rumah sakit pemerintah tanpa harus cemas menyiapkan dana besar untuk pengobatan.

Untuk mendapatkan pelayanan BPJS di rumah sakit pemerintah saat sakit. Pelayanannya tidak gratis tapi murah. Pelayanannya oke sih standar rumah sakit pemerintah. Hal yang bikin sedikit tak nyaman, peminat BPJS lumayan banyak. "Antrenya panjang sekali. Bila ingin pelayanan yang lebih nyaman dan tidak antre, asuransi kesehatan bisa jadi pilihan. "Dengan asuransi kesehatan pasien bisa berobat ke rumah sakit mana pun dan tidak perlu antre serta tak perlu pakai rujukan.

Belakangan ini cukup banyak asuransi kesehatan yang dikombinasikan dengan produk investasi. "Sebenarnya, investasi model begini berbiaya besar. Tahun pertama uang diambil perusahaan  semua, tidak ada yang diinvestasikan. Padahal investasi kan makin cepat dilakukan makin baik hasilnya," cetusnya. Namun ia memahami tidak sedikit masyarakat yang tertarik mengambil investasi model unit link ini karena tidak banyak orang yang melek finansial. "Tak mudah juga memahami investasi," katanya.

Dengan asuransi kesehatan, kita tak perlu pusing dengan biaya rawat inap, perawatan di ruang ICU, biaya kunjungan dokter dan lain-lain. "Mengenai perlindungan penyakit kritis, kita perlu tahu bahwa ini bukan asuransi kesehatan. Penyakit kritis ini baru membayar pasien setelah pasien sakit sampai tahap kritis. Misalnya terkena kanker stadium empat. Perusahaan asuransi baru membayar pasien sebagai ganti karena tidak bisa bekerja gara-gara terkena penyakit kritis.